editing foto

terimakasih telah berkunjung salam kenal dari saya dhanif jasa pembuatan warnet

Kamis, 10 Februari 2011

Nasib Pedagang Kaki-Lima

[Pelita Hati]
Nasib Pedagang Kaki-Lima


SEORANG ibu, pedagang kaki-lima, menangis meronta-ronta. Ia digusur dari tempatnya berdagang dan barang dagangannya pun disita. Ibu itu meronta, karena di situlah nasib anak-anaknya dipertaruhkan. Ia meminta tolong pada Satpol PP, tetapi Satpol PP tetap saja mengusirnya. Satpol PP itu hanya melaksanakan perintah untuk membersihkan wilayah itu dari pedagang kaki-lima. Siapa yang tidak pilu dengan nasib ibu itu? Berapa ibu-ibu yang senasib dengan dia? Mungkin tidak terhitung.
Adalah benar, bahwa ibu itu telah bersalah. Berdagang di lahan yang tidak diperuntukkan untuk pedagang kaki-lima. Tetapi, orang pun bisa bertanya, mengapa dibiarkan begitu lama? Kalau ibu itu bisa berdagang di tempat lain, pasti ia bersedia. Apalagi kalau mampu. Masalah pokoknya adalah, bahwa mampunya cuma seperti itu. Tidakkah kita masih bisa menghargai semangat ibu itu dan juga beribu pedagang kaki-lima, untuk masih berusaha mandiri? Menghidupi keluarganya dengan jalan yang halal?
Penggusuran pedagang kaki lima seperti itu, memang benar sesuai dengan hukum yang berlaku. Namun, penggusuran seperti itu, tidakkah disadari akan menambah kemiskinan dan mungkin juga gangguan keamanan? Mengapa (misalnya), tidak ditempuh sebagaimana di kota Solo, yang merelokasi pedagang kaki-lima tanpa ada kegaduhan? Bahkan, mengubah nasib pedagang kaki-lima lebih meningkat dan bermartabat? Bukankah kebijakan seperti ini yang diperlukan disaat orang berteriak mengentaskan kemiskinan?
Manusia, pada dasarnya sama. Kalau manusia dimanusiakan, maka ia akan mau bertanggungjawab pada lingkungannya. Pendekatan yang manusiawi inilah yang dilakukan Walikota Solo merelokasi pedagang kaki-lima. Diundang makan, konon sampai 17 kali, baru diajak bicara perlunya mereka bersedia untuk dipindahkan. Dijelaskan tujuannya, dan sama sekali tidak ada maksud untuk merugikan para pedagang kaki-lima, bahkan menjanjikan perbaikan nasib. Siapa yang tidak mau? Dengan sukarela, para pedagang kaki-lima di Manahan dipindahkan. Manahan menjadi lingkungan yang bersih.
Langkah seperti itu, tidak hanya memanusiakan manusia, tetapi juga mengangkat martabat kota Solo sebagai kota yang bersih, tertib, dan pantas dibanggakan. Kalau semua warganya sudah merasa begitu, rasanya tidak ada program-program pemerintah yang tidak didukung warganya. Dampaknya sangat besar dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Pendekatan seperti itu, sayang belum banyak kita jumpai. Yang sering dijumpai, justru pemaksaan kebijakan, sehingga menimbulkan riak-riak kecil di mana-mana, meskipun sesuai dengan hukum dan dilandasi niat yang baik. Sesuai hukum dan niat yang baik saja, ternyata belum cukup. Menerapkan pendekatan yang manusiawi, memanusiakan manusia sebagai manusia, ternyata justru menjadi kunci keberhasilan.
Inilah bagian dari seni memimpin yang perlu disosialisasikan, agar nasib ibu pedagang kaki-lima itu tertolong. Bukankah dibalik ibu itu ada sejumlah anak yang menjadi harapan masa depan bangsa ini?(Sulastomo)

i love mom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar