Manusia Dajjal Sudah Muncul!!!
Saya pernah membaca suatu hadits yang intinya ” dajjal akan muncul ketika dajjal tak dibicarakan/tak diingat oleh seorang pun”.. sebentar saya kirimkan tulisan dibawah ini:
keterangan: kata “saya” maksudnya adalah Syeikh nashiruddin al-albani (ahli hadits zaman kini/penulis buku). Buku: NABI ISA AS VS DAJJAL,Penulis: Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-albani
Pendahuluan Penulis, Sebab ditulisnya Kitab Ini :
Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam. Kepada-Nya kita memohon dan kepada-Nya jua kita meminta ampun. Kita memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka ia tidak akan mendapatkan kesesatan. Barangsiapa yang tersesat, maka tidak ada yang dapat memberikannya petunjuk kecuali hanya Dia semata. Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah yang maha Esa. Saya bersaksi bahwasannya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar –benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Aali `Imraan (3): 102).
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisaa (4): 1)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al Ahzaab (33) 70 dan 71)
Selanjutnya, sesungguhnya perkataan yang paling benar adalah Kitabullah. Dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW. Sedang seburuk-buruk sesuatu adalah mengada-ada, dan semua yang mengada-ada adalah bid’ah, dan semua yang bid’ah adalah sesat, dan semua yang sesat tempat kembalinya adalah neraka.
Tidak pernah terlintas dalam benakku akan meluangkan waktu untuk menyusun sebuah risalah seperti ini sebelumnya. Akan tetapi, Allah SWT jika menghendaki sesuatu, maka pasti akan mewujudkannya. Tepatnya pada awal bulan Jumadil Ula tahun (1393 H) saya mendapatkan pentahqiqan (tahqiq) untuk kitab “Shahih Al Jami Ash-Shaghir” dan “Dha’if Al Jami’ Shagir” yang memuat hadits Abi Umamah Al Bahili radhiyallahu `anhu tentang peringatan nabi SAW kepada umatnya mengenai Dajjal, dan penggambaran yang diberikan oleh beliau yang belum pernah dilakukan oleh seorang nabi sebelumnya. Pembunuhan Isa `alaihissalam terhadap Dajjal di (Ludd) negeri Palestina, dan selainnya, merupakan kebenaran kebenaran yang berkenaan dengan Al Masih yang memberi petunjuk dan Dajjal yang menyesatkan. Dengan hasil tahqiq – yang telah aku lakukan pada kedua kitab tersebut- maka hal itu memicu saya untuk mempelajari sanad hadits yang menelitinya. Ada beberapa hadits yang lemah (dha’if) yang tidak mungkin dijadikan sandaran hukum. Terlebih lagi pada perihal akidah keyakinan seperti ini. Akan tetapi, saya mendapatkan kejelasan –di awal penelitian yang saya lakukan pada matan hadits tersebut –bahwa kebanyakan dari hadits itu shahih dan tertera dalam kitab “Shahihain” dan kitab-kitab Sunnah yang lain.
Suatu hal yang rasional adalah bahwa tidak mungkin menetapkan ke-shahihan suatu hadits secara sempurna hanya dengan melakukan suatu penelitian yang tergesa-gesa. Akan tetapi, lebih dari itu, hal tersebut memerlukan ketekunan dalam penelitian pada setiap paragrafnya (baris), bahkan lafazh-lafazhnya. Dan mencari hadits-hadits yang senada dengannya pada kitab-kitab sunah, dan mencari perselisihan-perselisihan hadits yang terdapat di dalamnya. Baik yang punya kaitan dekat maupun jauh dengan Isa alaihissallam dan Dajjal yang telah dilaknat oleh Allah SWT dan yang berhubungan dengannya. Demikian pula mempelajari sanad-sanad dengan pentahqiqan yang teliti, sebagaimana yang telah kami lakukan dalam kitab kami “Silsilah Al Ahadits `alaihissalam Ash-Shahihah” dan “Silsilah Al Ahadits Adh-Dha’ifah” hingga kita bisa menetapkan secara tegas keshahihan dan keutamaan hadits tersebut pada akhirnya. Setelah itu mencantumkannya dalam kitab “Ash-Shahih” secara keseluruhan sebagai hasil dari proses pentahqiqan.
Saya mengerahkan segenap tenaga untuk mempelajari hadits tersebut cara paragraph perparagraf, bahkan lafazh perlafazh. Menyebutkan hadits-hadits yang kuat di setiap paragrafnya yang telah saya teliti. Takhrijnya secara keseluruhan, beserta ungkapan tentang sanad-sanad dari segi keshahihan dan kedha’ifannya, yang berdasarkan kaidah ilmu hadits yang menetapkan tentang keshahihan, kehasanan, dan kedha’ifan hadits. Saya kemudian menemukan hadits-hadits yang mendukung atau yang senada dengannya (mutabi’ dan syahid) yang dapat membantu kami dalam membersihkan setiap paragrafnya dari terjadinya kedha’ifan yang melekat padanya dari sisi sanadnya. Dan hadits yang diriwayatkan oleh Abi Umamah radhiyallahu `anhu.
Jelaslah bagi saya setelah mempelajari dengan cermat bahwa hadits tersebut dengan seluruh paragrafnya adalah shahih lighairihi, kecuali sebagian darinya. Bahkan kebanyakan darinya merupakan hadits yang matawatir yang qath’i, yang bersumber dari nabi SAW. Contohnya adalah yang berhubungan dengan kemunculan Dajjal yang bermata juling, turunnya Isa `alaihissalam dari langit, dan terbunuhnya Dajjal oleh Isa `alaihissalam.
Saya juga telah menemukan banyak informasi dan pelajaran yang berharga pada hadits-hadits yang telah saya takhrij itu, terutama yang berkenaan dengan Isa `alaihissalam dan Dajjal yang juling, yang tidak terdapat pada hadits Abu Umamah. Terlebih lagi, jumlah hadits itu hampir mencapai tiga puluh buah, dan bersumber lebih dari dua puluh sahabat. Satu hadits dengan hadits lainnya terkadang memiliki lebih dari satu jalur sanad. Khususnya hadits Abu Hurairah, saya telah mentakhrij hadits itu sendiri sebanyak sepuluh jalur sanad. Di setiap jalur sanad kadang-kadang ada faidah dan tambahan yang tidak terdapat pada jalur sanad lainnya.
Oleh karena itu, setelah saya selesai mempelajari hadits tersebut dengan setiap paragrafnya, dan mentakhrij hadits-hadits yang mendukungnya (syawahid), dan mencantumkannya dalam kitabku “Silsilah Al Hadits Ash-Shahihah” pada nomor (2457), munculah suatu pemikiran dari saya, bahwa hadits-hadits tersebut membantu mengetahui dan menunjukkan kepada permasalahan tersebut dengan benar. Aku terapkan pada kitabku (Hujjah An-Nabi SAW), sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Jabir radhiyallahu `anhu perbedaan yang jelas antara kedua hadits tersebut. Kitab tersebut khusus mengandung riwayat-riwayat hadits Jabir sendiri, bukan seluruh sahabat. Saya meletakkan semua tambahan yang shahih pada tempat yang cocok dengan bentuk rangkaian haditsnya dari riwayat Imam Muslim yang bersumber dari Abu Ja’far Al Baqir.
Adapun hadits Abi Umamah radhiyallahu `anhu, saya berpegang kepada apa yang shahih, dan kepada apa yang bersumber dari kalangan sahabat radhiyallahu `anhu. Jumlahnya mencapai dua puluh sahabat, sebagaimana telah ditunjukkan sebelumnya.
Pemikiran itu senantiasa memikat saya untuk terus menyelaminya dan mempertimbangkannya berkali-kali hingga saya mampu mengeluarkannya dalam wujud yang nyata. Hal itu dipicu oleh pentingnya persoalan ini untuk disebarkan kepada segenap orang dalam rangkaian kalimat yang indah dan mudah untuk didapatkan seluruhnya –berdasarkan keragaman budaya dan tingkatan martabat mereka-. Dan juga untuk menjelaskan kepada mereka seluruh hadits yang berbeda, yang tidak mungkin dilakukan oleh banyak kalangan terutama dalam mentakhrijnya.
Yang memberanikan saya untuk menyusun kitab ini ada beberapa hal, yaitu:
Pertama, keraguan banyak ilmuwan dan juga para da’I, -terlebih lagi orang lain yang tidak mempunyai akar budaya keislaman dari kalangan pemuda dan kalangan awam lainnya-tentang keyakinan akan turunnya Isa `alaihissalam dan terbunuhnya Dajjal oleh Isa AS di akhir zaman kelak, sudah sampai pada taraf yang memprihatinkan. Saya berkesimpulan bahwa sebagian ulama ada yang meragukan hal ini –meskipun mereka tidak mengingkarinya-. Hal itu saya peroleh dari hasil diskusi saya dengan mereka secara langsung dan setelah menelaah fatwa-fatwa mereka tentang hal ini dan juga komentar-komentar dari kalangan mereka yang termaktub dalam beberapa kitab.
Yang paling masyhur di antara mereka adalah Syaikh Muhammad Abduh. Beliau berpendapat bahwa hadits tentang turunnya Isa `alaihissalam adalah hadits ahad. Ini tentunya dikarenakan keterbatasan beliau dalam mengkaji hadits-hadits. Beliau adalah salah seorang ulama modern yang saya kritik. Terkadang juga ia menakwilkan turunnya Isa `alaihissalam ke bumi sebagai kemenangan dunia ruh dengan dunia jasad, dan turunnya Isa bagi beliau juga merupakan rahasia risalah-Nya pada manusia. Yaitu ajaran yang di dalamnya terdapat ajaran kasih saying, cinta, dan kedamaian, sebagaimana diceritakan oleh Sayyid Rasyid Ridha dalam Tafsir-nya (3/317). Padahal sesungguhnya ia menolaknya dengan ungkapan, “Akan tetapi, bentuk zhahir hadits yang tercantum tentang hal itu tertolak.” Karena itu ia menolak pengecualian ini dengan ungkapan, “Para pendukung takwil ini berkata, `Sesungguhnya hadits-hadits ini telah dikutip secara maknawi, seperti kebanyakan hadits lain.” Dan sang penukil makna ini mengutip sebatas kadar pemahamannya.”Muhammad Abduh pernah ditanya tentang Dajjal dan terbunuhnya ia oleh Isa `alaihissalam. Beliau menjawab, “Sesungguhnya Dajjal merupakan symbol khurafat, penyimpangan, dan kejahatan yang merubah penetapan syariah dari bentuknya…”
nemu di sini
Saya pernah membaca suatu hadits yang intinya ” dajjal akan muncul ketika dajjal tak dibicarakan/tak diingat oleh seorang pun”.. sebentar saya kirimkan tulisan dibawah ini:
keterangan: kata “saya” maksudnya adalah Syeikh nashiruddin al-albani (ahli hadits zaman kini/penulis buku). Buku: NABI ISA AS VS DAJJAL,Penulis: Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-albani
Pendahuluan Penulis, Sebab ditulisnya Kitab Ini :
Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam. Kepada-Nya kita memohon dan kepada-Nya jua kita meminta ampun. Kita memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka ia tidak akan mendapatkan kesesatan. Barangsiapa yang tersesat, maka tidak ada yang dapat memberikannya petunjuk kecuali hanya Dia semata. Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah yang maha Esa. Saya bersaksi bahwasannya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar –benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Aali `Imraan (3): 102).
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisaa (4): 1)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al Ahzaab (33) 70 dan 71)
Selanjutnya, sesungguhnya perkataan yang paling benar adalah Kitabullah. Dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW. Sedang seburuk-buruk sesuatu adalah mengada-ada, dan semua yang mengada-ada adalah bid’ah, dan semua yang bid’ah adalah sesat, dan semua yang sesat tempat kembalinya adalah neraka.
Tidak pernah terlintas dalam benakku akan meluangkan waktu untuk menyusun sebuah risalah seperti ini sebelumnya. Akan tetapi, Allah SWT jika menghendaki sesuatu, maka pasti akan mewujudkannya. Tepatnya pada awal bulan Jumadil Ula tahun (1393 H) saya mendapatkan pentahqiqan (tahqiq) untuk kitab “Shahih Al Jami Ash-Shaghir” dan “Dha’if Al Jami’ Shagir” yang memuat hadits Abi Umamah Al Bahili radhiyallahu `anhu tentang peringatan nabi SAW kepada umatnya mengenai Dajjal, dan penggambaran yang diberikan oleh beliau yang belum pernah dilakukan oleh seorang nabi sebelumnya. Pembunuhan Isa `alaihissalam terhadap Dajjal di (Ludd) negeri Palestina, dan selainnya, merupakan kebenaran kebenaran yang berkenaan dengan Al Masih yang memberi petunjuk dan Dajjal yang menyesatkan. Dengan hasil tahqiq – yang telah aku lakukan pada kedua kitab tersebut- maka hal itu memicu saya untuk mempelajari sanad hadits yang menelitinya. Ada beberapa hadits yang lemah (dha’if) yang tidak mungkin dijadikan sandaran hukum. Terlebih lagi pada perihal akidah keyakinan seperti ini. Akan tetapi, saya mendapatkan kejelasan –di awal penelitian yang saya lakukan pada matan hadits tersebut –bahwa kebanyakan dari hadits itu shahih dan tertera dalam kitab “Shahihain” dan kitab-kitab Sunnah yang lain.
Suatu hal yang rasional adalah bahwa tidak mungkin menetapkan ke-shahihan suatu hadits secara sempurna hanya dengan melakukan suatu penelitian yang tergesa-gesa. Akan tetapi, lebih dari itu, hal tersebut memerlukan ketekunan dalam penelitian pada setiap paragrafnya (baris), bahkan lafazh-lafazhnya. Dan mencari hadits-hadits yang senada dengannya pada kitab-kitab sunah, dan mencari perselisihan-perselisihan hadits yang terdapat di dalamnya. Baik yang punya kaitan dekat maupun jauh dengan Isa alaihissallam dan Dajjal yang telah dilaknat oleh Allah SWT dan yang berhubungan dengannya. Demikian pula mempelajari sanad-sanad dengan pentahqiqan yang teliti, sebagaimana yang telah kami lakukan dalam kitab kami “Silsilah Al Ahadits `alaihissalam Ash-Shahihah” dan “Silsilah Al Ahadits Adh-Dha’ifah” hingga kita bisa menetapkan secara tegas keshahihan dan keutamaan hadits tersebut pada akhirnya. Setelah itu mencantumkannya dalam kitab “Ash-Shahih” secara keseluruhan sebagai hasil dari proses pentahqiqan.
Saya mengerahkan segenap tenaga untuk mempelajari hadits tersebut cara paragraph perparagraf, bahkan lafazh perlafazh. Menyebutkan hadits-hadits yang kuat di setiap paragrafnya yang telah saya teliti. Takhrijnya secara keseluruhan, beserta ungkapan tentang sanad-sanad dari segi keshahihan dan kedha’ifannya, yang berdasarkan kaidah ilmu hadits yang menetapkan tentang keshahihan, kehasanan, dan kedha’ifan hadits. Saya kemudian menemukan hadits-hadits yang mendukung atau yang senada dengannya (mutabi’ dan syahid) yang dapat membantu kami dalam membersihkan setiap paragrafnya dari terjadinya kedha’ifan yang melekat padanya dari sisi sanadnya. Dan hadits yang diriwayatkan oleh Abi Umamah radhiyallahu `anhu.
Jelaslah bagi saya setelah mempelajari dengan cermat bahwa hadits tersebut dengan seluruh paragrafnya adalah shahih lighairihi, kecuali sebagian darinya. Bahkan kebanyakan darinya merupakan hadits yang matawatir yang qath’i, yang bersumber dari nabi SAW. Contohnya adalah yang berhubungan dengan kemunculan Dajjal yang bermata juling, turunnya Isa `alaihissalam dari langit, dan terbunuhnya Dajjal oleh Isa `alaihissalam.
Saya juga telah menemukan banyak informasi dan pelajaran yang berharga pada hadits-hadits yang telah saya takhrij itu, terutama yang berkenaan dengan Isa `alaihissalam dan Dajjal yang juling, yang tidak terdapat pada hadits Abu Umamah. Terlebih lagi, jumlah hadits itu hampir mencapai tiga puluh buah, dan bersumber lebih dari dua puluh sahabat. Satu hadits dengan hadits lainnya terkadang memiliki lebih dari satu jalur sanad. Khususnya hadits Abu Hurairah, saya telah mentakhrij hadits itu sendiri sebanyak sepuluh jalur sanad. Di setiap jalur sanad kadang-kadang ada faidah dan tambahan yang tidak terdapat pada jalur sanad lainnya.
Oleh karena itu, setelah saya selesai mempelajari hadits tersebut dengan setiap paragrafnya, dan mentakhrij hadits-hadits yang mendukungnya (syawahid), dan mencantumkannya dalam kitabku “Silsilah Al Hadits Ash-Shahihah” pada nomor (2457), munculah suatu pemikiran dari saya, bahwa hadits-hadits tersebut membantu mengetahui dan menunjukkan kepada permasalahan tersebut dengan benar. Aku terapkan pada kitabku (Hujjah An-Nabi SAW), sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Jabir radhiyallahu `anhu perbedaan yang jelas antara kedua hadits tersebut. Kitab tersebut khusus mengandung riwayat-riwayat hadits Jabir sendiri, bukan seluruh sahabat. Saya meletakkan semua tambahan yang shahih pada tempat yang cocok dengan bentuk rangkaian haditsnya dari riwayat Imam Muslim yang bersumber dari Abu Ja’far Al Baqir.
Adapun hadits Abi Umamah radhiyallahu `anhu, saya berpegang kepada apa yang shahih, dan kepada apa yang bersumber dari kalangan sahabat radhiyallahu `anhu. Jumlahnya mencapai dua puluh sahabat, sebagaimana telah ditunjukkan sebelumnya.
Pemikiran itu senantiasa memikat saya untuk terus menyelaminya dan mempertimbangkannya berkali-kali hingga saya mampu mengeluarkannya dalam wujud yang nyata. Hal itu dipicu oleh pentingnya persoalan ini untuk disebarkan kepada segenap orang dalam rangkaian kalimat yang indah dan mudah untuk didapatkan seluruhnya –berdasarkan keragaman budaya dan tingkatan martabat mereka-. Dan juga untuk menjelaskan kepada mereka seluruh hadits yang berbeda, yang tidak mungkin dilakukan oleh banyak kalangan terutama dalam mentakhrijnya.
Yang memberanikan saya untuk menyusun kitab ini ada beberapa hal, yaitu:
Pertama, keraguan banyak ilmuwan dan juga para da’I, -terlebih lagi orang lain yang tidak mempunyai akar budaya keislaman dari kalangan pemuda dan kalangan awam lainnya-tentang keyakinan akan turunnya Isa `alaihissalam dan terbunuhnya Dajjal oleh Isa AS di akhir zaman kelak, sudah sampai pada taraf yang memprihatinkan. Saya berkesimpulan bahwa sebagian ulama ada yang meragukan hal ini –meskipun mereka tidak mengingkarinya-. Hal itu saya peroleh dari hasil diskusi saya dengan mereka secara langsung dan setelah menelaah fatwa-fatwa mereka tentang hal ini dan juga komentar-komentar dari kalangan mereka yang termaktub dalam beberapa kitab.
Yang paling masyhur di antara mereka adalah Syaikh Muhammad Abduh. Beliau berpendapat bahwa hadits tentang turunnya Isa `alaihissalam adalah hadits ahad. Ini tentunya dikarenakan keterbatasan beliau dalam mengkaji hadits-hadits. Beliau adalah salah seorang ulama modern yang saya kritik. Terkadang juga ia menakwilkan turunnya Isa `alaihissalam ke bumi sebagai kemenangan dunia ruh dengan dunia jasad, dan turunnya Isa bagi beliau juga merupakan rahasia risalah-Nya pada manusia. Yaitu ajaran yang di dalamnya terdapat ajaran kasih saying, cinta, dan kedamaian, sebagaimana diceritakan oleh Sayyid Rasyid Ridha dalam Tafsir-nya (3/317). Padahal sesungguhnya ia menolaknya dengan ungkapan, “Akan tetapi, bentuk zhahir hadits yang tercantum tentang hal itu tertolak.” Karena itu ia menolak pengecualian ini dengan ungkapan, “Para pendukung takwil ini berkata, `Sesungguhnya hadits-hadits ini telah dikutip secara maknawi, seperti kebanyakan hadits lain.” Dan sang penukil makna ini mengutip sebatas kadar pemahamannya.”Muhammad Abduh pernah ditanya tentang Dajjal dan terbunuhnya ia oleh Isa `alaihissalam. Beliau menjawab, “Sesungguhnya Dajjal merupakan symbol khurafat, penyimpangan, dan kejahatan yang merubah penetapan syariah dari bentuknya…”
nemu di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar